12 Faktor Penyebab LGBT (Bahaya & Cara Mencegah LGBT)

LGBT adalah singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Di Indonesia sedang panas pembahasan mengenai LGBT.

Sebenarnya LGBT sudah sejak dulu dibahas di Indonesia, salah satunya yakni saat masyarakat gempar dengan kejadian pembunuhan berantai yang disertai mutilasi, tersangkanya adalah seorang gay.

Berbagai lapisan masyarakat merisaukan penyebaran LGBT karena amat bertentangan dengan budaya bangsa, selain juga bertentangan pada ajaran agama.

Katakan Tidak Pada LGBT

Faktor Penyebab LGBT


1.Pergaulan yang Sembarangan

Faktor penyebab seseorang menjadi LGBT yaitu karena salah pergaulan. Apabila Anda pernah menemukan ucapan “berteman itu harus dengan siapa saja” maka itu ucapan yang keliru.

Jika yang dimaksud yakni berteman tanpa memandang kekayaan, fisik dan semacamnya, maka ini benar.

Namun apabila digeneralisir, yaitu berteman dengan orang yang baik maupun orang yang buruk, maka ini bakal menjadi masalah.

Berteman dengan orang buruk, keburukannya akan berdampak pada diri Kita. Oleh karena itu, dalam bergaul tidak boleh sembarangan, harus pandai dalam memilih teman yang pantas untuk dijadikan teman.

Seseorang dengan pergaulan yang sembarangan, bisa terkena resiko menjadi seorang LGBT, terutama untuk orang yang masih polos dan belum bisa dengan baik membedakan yang benar maupun salah, maka perlu diawasi pergaulannya.

Tanpa pengawasan yang baik, dikhawatirkan seorang remaja akan ikut ajakan teman sebayanya untuk masuk ke dalam kegelapan dunia LGBT.


2. Akhlak dan Moral yang Rendah

Lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan akhlak dan moral seseorang. Moral dan akhlak yang ada pada diri seseorang bisa menjadi faktor risiko seseorang terkena perilaku LGBT.

Orang-orang yang memiliki akhlak dan moral rendah cenderung kepada penyimpangan. Moral yang rendah lambat laun akan membuat sebuah bangsa hancur. Termasuk LGBT, cepat atau lambat bisa membuat sebuah bangsa melemah dan hancur.

Membangun karakter manusia dan akhlaknya yang baik, tanggung jawab utamanya adalah dari orang tua dan gurunya. Membangun karakter bukanlah pekerjaan ringan, kondisi lingkungan harus kondusif (mendukung).

Problematika masyarakat yang kompleks sekarang ini, semakin menggerus nilai-nilai akhlak dan moral. Apalagi kondisi sosial semakin amburadul dan tidak ada kontrol gaya hidup.

Menyebabkan manusia di jaman sekarang sering mengalami galau, yang akhirnya kesulitan untuk berpikir jernih, hingga akhirnya menjadi penyebab melakukan perbuatan LGBT.

3. Salah dalam Pemanfaatan Teknologi

Teknologi bisa bermanfaat, tapi juga bisa berefek buruk. Khususnya buat anak muda yang gampang dipengaruhi.

Apabila teknologi tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya, maka justru ini berbahaya dan menjadi bencana. Kesalahan seperti ini menyebabkan banyak yang termakan dampak buruk internet, khususnya kehancuran moral seperti LGBT.

Para aktivis LGBT memanfaatkan internet untuk menyebarkan perilakunya. Membuat orang yang awalnya 'normal' menjadi menyimpang karena terkena kampanye dari kaum LGBT.

Sehingga, para orangtua harus berhati-hati terhadap aktivitas anak dalam menggunakan internet, karena betapa sering ditemukan konten buruk di internet yang dibuat oleh orang-orang tidak bertanggung jawab.

4. Pendidikan Keluarga yang Buruk

Bentuk pendidikan yang diberikan orangtua kepada anaknya mempunyai pengaruh besar. Kesalahan pendidikan orangtua kepada anak bisa berakibat fatal.

Kesalahan orangtua yaitu tidak memperdulikan dengan siapa anak bergaul, hal ini bisa membuka resiko anak akan bergaul dengan pengikut LGBT.

Apalagi tidak adanya pendidikan agama bisa menyebabkan seorang terjerumus ke dalam perilaku LGBT.


5. Kesalahan Pengembangan Psikoseksual 

Asal mula LGBT terbentuk bukan karena faktor genetis, melainkan karena terjadinya kesalahan pada pengembangan psikoseksual, yang terus berpengaruh pada usia dewasa. Adapun kelainan genetis yang berakibat pada perilaku LGBT, kejadiannya sangat langka.

Justru terjadinya perilaku LGBT karena pengaruh lingkungan dan induksi sosial, yang mengakibatkan seseorang mengalami kegagalan orientasi seksual yang sesuai fitrahnya.

Fase dalam perkembangan psikoseksual, yang merupakan fase seorang anak mencari sosok figur, jika terjadi kesalahan dalam masa ini, bisa sangat mempengaruhi-nya hingga masa dewasa kelak.

Tahun 2035-2045, Indonesia merupakan negara yang memiliki masa depan berupa pemuda produktif, jika LGBT menyerang kalangan muda dan anak-anak saat ini, kondisi ini dapat membahayakan Negara.

6. Hilangnya Peran Ayah di Keluarga

Tidak sedikit orangtua yang melakukan kekeliruan dalam mengasuh anak laki-laki. Banyak penelitian telah menemukan bahwa otak kiri laki-laki secara umum lebih kuat dibanding otak kiri wanita.

Anak laki-laki seringkali mengalami salah asuh akibat minimnya kehadiran sang bapak di dalam kehidupannya guna mengembangkan otak kirinya tersebut.

Dimana seringkali seorang bapak sangat sibuk dengan pekerjaan, sehingga sangat minim memiliki waktu berkualitas bersama keluarga.

Jika seorang Ayah kurang peduli terhadap kondisi anak-anak mereka, mengakibatkan anak (terutama anak laki-laki) menjadi lemah kemampuannya dalam berfikir dan mengambil keputusan.

Anak juga menjadi tidak punya model identifikasi untuk menjadi seorang lelaki sejati. Hal inilah yang menyebabkan seorang yang telah masuk usia remaja semakin berisiko terkena LGBT.


7. Terlalu Bebas Menggunakan Gadget

Remaja laki-laki merupakan sasaran yang paling utama untuk dimasukan hal tidak senonoh ke dalam pikirannya oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Pada masa sekarang, masalah ini berawal dari penggunaan gadget.

Apabila orangtua dan orang-orang yang berperan dalam dunia pendidikan melakukan pembiaran terhadap penyalahgunaan gadget, maka ini sangat berbahaya.

Seorang remaja nantinya akan “dijejali” dengan konten tidak senonoh yang akhirnya semakin berisiko masuk ke dalam dunia LGBT.

8. Rasa Trauma

Mereka yang saat masih anak-anak pernah terkena kejadian memilukan, yaitu menjadi korban perilaku penyimpangan seksual. Kejadian ini bisa menyebabkannya saat dewasa rentan memiliki perilaku LGBT.

Tekanan jiwa yang dialami akibat kejadian tersebut di masa kanak-kanaknya, biasanya berlangsung lama dan sulit hilang. Sehingga pihak pemerintah sangat diharapkan untuk bekerja keras mencegah dan menghukum berat pelaku kebiadaban ini.

9. Kurang Pemahaman Agama

Minimnya edukasi mengenai ilmu agama mengakibatkan mudah masuknya perilaku LGBT, terutama ke kalangan anak-anak muda.

Sangat ditekankan dibentuknya proses edukasi agama yang maksimal, agar berbagai macam kekeliruan (seperti LGBT dll) bisa dibendung penyebarannya.

Apabila orangtua dan pendidik cuek mengenai pendalaman dan edukasi agama yang benar, dikhawatirkan jika orang dewasa tidak lagi peduli maka generasi muda bakal banyak yang 'termakan' propaganda LGBT.

Penyebaran LGBT jangan diremehkan, dedengkot LGBT berusaha 'menyuntikan' opini ke pikiran masyarakat bahwa LGBT seolah-olah gaya hidup modern. Sehingga mengharapkan agar masyarakat menganggap biasa saja perilaku LGBT.

Adapun kenyataannya, perilaku LGBT bisa membuat lumpuh suatu bangsa. Bentuk kehidupan menyimpang seperti ini bakal menggerogoti 'kewarasan' anak bangsa, dimana mereka adalah harapan masa depan.

Ingat, agama Islam dan berbagai agama lainnya yang diakui di Indonesia, tidak melegitimasi pernikahan sesama jenis.

10. Banyak Pihak yang Masih Berdiam Diri (Cuek)

Hal menyedihkan bahwa di TV ditayangkan sebuah karakter 'sesosok' laki-laki yang berbicara dan berperangai kemayu, entah itu dibuat-buat ataupun sungguhan. Menyedihkan sebab banyak pihak yang menganggapnya hal biasa.

Ini menjadi pertanda jelek. Disadari atau tidak, jika tayangan model itu terus-menerus disuguhkan, dikhawatirkan akan ditiru oleh generasi muda penerus bangsa.

Seorang pedangdut yang terlahir sebagai pria dengan inisial SJ, terkena jerat hukum karena telah melakukan kejahatan pelecehan yang berbau LGBT. SJ memperoleh sanksi sosial karena yang telah diperbuatnya amat memalukan.

Hal yang membuat sedih adalah LGBT belum masuk ke dalam jangkauan hukum. Pelaku LGBT masih bebas berkeliaran buat mem-propagandakan perilaku LGBT.

11. Propaganda LGBT Didukung Lembaga Internasional

Kampanye LGBT yang sangat gencar tidak lepas karena adanya dana dan dukungan penuh dari lembaga internasional, karena itulah mereka sangat berani mengkampanyekan sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan nilai yang ada pada masyarakat Indonesia.

Marck Zuckenberg, seorang pemilik situs media sosial Facebook, mendukung gerakan LGBT dengan memberikan fasilitas foto profil dengan simbol warna komunitas LGBT.

Dunia digemparkan dengan hasil referendum di Irlandia. Negara Irlandia merupakan negara dengan mayoritas penduduk Katolik, hasil referendum memutuskan agar melegalkan status perkawinan sejenis.

Propaganda LGBT sangat massif yang disuarakan sejumlah tokoh dan LSM dari dalam negeri maupun luar negeri.

Bahkan sebuah lembaga di bawah naungan PBB yaitu UNDP, ternyata membuat sebuah program untuk mempromosikan LGBT di banyak negara.


12. Pelaku Propaganda LGBT Melakukan Strategi Playing Vicitim

Waspada dengan taktik playing victim dari kaum LGBT. Hingga saat ini kaum LGBT terus menggunakan taktik ini, mereka membuat sebuah opini bahwa kaum LGBT adalah kelompok yang tertindas.

Sehingga kaum LGBT memposisikan dirinya seakan-akan mendapatkan kekerasan. Yang harapannya agar memperoleh simpati publik.

Dimana mereka ingin memasukan pemikiran kepada publik, agar publik memiliki persepsi bahwa kaum LGBT terzalimi. Dengan taktik ini mereka menuai simpati publik, walaupun tidak semuanya termakan oleh propaganda tersebut.

Bahaya LGBT


Penyebaran LGBT sudah terlihat jelas, seperti pembawa acara yang tampil kebanci-bancian, acara TV menampilkan sosok laki-laki yang gayanya lemah gemulai, sehingga memberikan sebuah kesan bahwa banci merupakan suatu hal yang biasa.

Selain itu, terselip sebuah pesan yang mengerikan dari propaganda ini, jika ingin terkenal maka caranya dengan berperilaku menjadi banci.

Mereka yang terbiasa menonton tayangan itu, khususnya buat para pemuda yang menjadi harapan bangsa, akan terkena dampaknya.

Acara-acara LGBT akan sangat merusak mental. Dimana generasi muda adalah pemimpin bangsa masa depan dan menjadi harapan bangsa. Apa jadinya jika negeri tercinta ini memiliki pemimpin masa depan yang merupakan seorang banci.

Cara Mencegah LGBT


1. Perhatikan Lingkungan Pergaulan 
Lingkungan pergaulan akan sangat mempengaruhi kejiwaan seseorang. Jika sembarangan memilih lingkungan pergaulan, akan rentan untuk 'termakan' LGBT.

Jika Anda memiliki teman atau berada di lingkungan yang banyak pelaku LGBT, maka berhati-hatilah. Lama kelamaan bisa seperti itu juga. Lebih baik cari lingkungan pergaulan yang lebih baik dan sehat.

2. Singkirkan Hal Tidak Senonoh
Singkirkan segala akses menuju hal yang tidak senonoh. Telah umum dipahami banyak orang, penyebaran LGBT sangat berkaitan pada hal yang berbau pornografi.

Dengan begitu, tidak bijak dalam pemanfaatan teknologi bisa terjerembab ke LGBT. Sehingga amat perlu, entah itu orangtua dan pendidik mengatasi ini.

Termasuk pemangku jabatan sangat diharapkan untuk melawan efek negatif penyelewengan ini. Misalnya dengan memblokir akses menuju konten-konten yang menjijikan seperti itu.


3. Perbanyak Acara Seminar
Buat acara pertemuan atau seminar mengenai topik ini, misalnya buat judul acara seperti "Dampak buruk LGBT" dan semacamnya. Perbanyak acara seperti ini di masyarakat.

Termasuk juga adakan acara untuk mereka yang sudah SMP dan SMA, mereka sudah bisa diberikan penyuluhan mengenai hal ini.

Sangat diharapkan berbagai pihak yang terkait untuk memberikan dukungan maksimal dalam upaya pemberian penyuluhan untuk masyarakat dan generasi muda.

Sangat fundamental untuk mengedukasi generasi muda agar mereka bisa menjaga diri, serta lebih berhati-hati dari propaganda LGBT yang masif.

Selain itu, diperlukan peran dari Perguruan Tinggi untuk membangun pusat kajian dan upaya membendung penyebaran LGBT yang masif.

4. Peran Media Massa
Media massa memiliki manfaat yang sangat besar dalam membendung pengaruh LGBT. Misalnya, media massa perlu sering-sering menceritakan kehidupan orang-orang yang awalnya memiliki perilaku LGBT, lalu dapat dengan sukses untuk meninggalkan perilaku menyimpang-nya tersebut.

Dengan begitu fungsi media massa sangatlah vital karena bisa membangun harapan, bahwa perilaku LGBT terbukti bisa dihilangkan dari diri seseorang.

5. Peran Pemerintah
Pihak berkepentingan ditekankan untuk mengadakan evaluasi ketetapan hukum mengenai LGBT, agar menghindari maraknya kasus hubungan sesama jenis. Dan secara umum harus berupaya memberantas pengedaran konten video tidak senonoh di Indonesia.

Pembuat undang-undang hendaknya dengan secepatnya menciptakan aturan ketat, guna membendung upaya pihak tertentu buat melegalkan perilaku menyimpang ini.

Selain itu, orang-orang yang punya kapasitas diharapkan perhatian terhadap persoalan ini, untuk melakukan gugatan pada aturan-aturan yang masih lemah. Semua pihak harus bekerja sama dalam upaya membendung bahaya LGBT.

6. Peran Ulama dan Ahli Pendidikan
Para tokoh memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap masyarakatnya, sehingga sangat diharapkan perannya dalam membendung penyebaran LGBT.

Para pengurus rumah ibadah, dapat membuka 'klinik LGBT' yang tujuannya memberikan pendampingan psikologis untuk penderita LGBT.

Peran para tokoh agama, ulama, dan ahli pendidikan menjadi yang paling vital, mereka memiliki kapasitas untuk mengarahkan masyarakat dan memberikan edukasi yang efektif, dalam upaya memperbaiki kondisi masyarakat (termasuk permasalahan LGBT).

Ucapan para tokoh akan sangat didengar masyarakat, sehingga pengaruhnya benar-benar besar. Selain itu, diharapkan para tokoh bekerja sama dan mendorong media massa (khususnya TV) supaya mengedukasi dan meluruskan penyimpangan yang ada di masyarakat.

7. Peran Masyarakat
Masyarakat seharusnya jangan memberikan respon buruk pada pelaku LGBT, sebab mereka juga manusia. Oleh karena itu, hindari yang namanya tindakan main hakim sendiri.

Yang seharusnya dilakukan yakni memberikan pemahaman yang baik kepada pelaku LGBT, sehingga mereka menyadari kesalahannya.

Jika seseorang punya kekayaan yang berlebih, diharapkan untuk memberikan beasiswa pada kandidat-kandidat doktor yang membuat karya disertasi dan mendalami permasalahan LGBT.

Dengan proses edukasi yang begitu masif, maka sangat bermanfaat untuk masyarakat. Seperti misalnya masyarakat teredukasi untuk dapat menyikapi pelaku LGBT secara benar, tahu caranya untuk menasehati pelaku LGBT agar jadi normal, dll.




Baca Juga: